Selasa, 20 Januari 2009

MUKTAMAT, Gerakkan Komunitas Perempuan dengan Sentuhan Agama


KEKOMPAKAN anggota Kelompok Masyarakat Mandiri (KMM) “Sumber Makmur” Desa Tugu Kecamatan Sendang dalam mewujudkan komunitas yang berdaya, mandiri dan sejahtera tampak semakin meningkat. Dalam setiap pertemuan rutin bulanan misalnya, sebagian besar anggotanya selalu hadir. Ikatan emosional antar anggota kelompok juga kian terpupuk.

Semua itu tentu merupakan hasil kerja keras semua anggota KMM “Sumber Makmur”. Namun, di balik itu ada salah satu nama yang memiliki peran cukup menonjol. Dia tidak lain adalah Bapak Muktamat, Bendahara KMM “Sumber Makmur” yang juga tokoh agama, tokoh masyarakat dan pegiat kesenian Islam Desa Tugu.
Bapak Muktamat merupakan satu dari empat laki-laki yang tergabung dalam KMM “Sumber Makmur”, yang sebagian besar anggotanya adalah perempuan. Meski usianya tidak lagi muda, tapi mobilitasnya cukup tinggi. Karena itu, dialah yang kemudian dipercaya menjadi penggerak utama kelompok tersebut.
Ia mengaku senang dengan adanya kelompok perempuan ini. Apalagi kalau bisa kompak dan kuat. Bapak Muktamat akan mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk membesarkan KMM “Sumber Makmur”.
Bapak dengan 2 putera dan 1 puteri ini dikenal sebagai motivator. Dialah yang selalu memberi motivasi atau dorongan kepada anggota kelompok agar selalu menjaga kekompakan dengan memakai sentuhan atau pendekatan agama. Cara ini terbukti cespleng, apalagi sebagian besar anggota kelompok masih awam tentang agama.
“Dalam setiap pertemuan kelompok, jika tidak ada halangan yang sangat mendesak, saya selalu menekankan agar semua anggota hadir,”kata Bapak Muktamat.
Bagi dia, membangun kelompok yang kuat dan solid memang butuh pengorbanan dan kerja keras. Untuk mewujudkan kesadaran semacam ini tentu tidak mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Dicontohkan, setelah mendapatkan anggaran dari APBD Tulungagung yang diwujudkan dengan pembelian kambing ternak, sebagian anggota justru semangatnya turun. Makanya dia terus memberi motivasi agar semangat anggota kelompok kembali bangkit.

baca selengkapnya

KMM “Sumber Rejeki” Gelar Pelatihan Tata Boga


KELOMPOK Masyarakat Mandiri (KMM) “Sumber Rejeki” Desa Pojok Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung terus melakukan terobosan untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan anggotanya. Kali ini upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan Pelatihan Tata Boga pada Minggu, 18 Januari 2009.

Menariknya, pelatihan yang berlangsung di rumah Maryulin Dusun Ngadirejo Desa Pojok tersebut tidak hanya diikuti oleh anggota KMM “Sumber Rejeki”, namun juga melibatkan sejumlah peserta dari desa-desa lain di wilayah Kecamatan Ngantru, seperti Banjarsari, Kepuhrejo, Banjarsari dan Padangan. Bertindak selaku tutor atau instruktur pelatihan adalah Suswati asal Desa Bendiljati Wetan Kecamatan Sumbergempol.
Materi teori dan praktek pembuatan berbagai jenis kue yang diberikan oleh instruktur diikuti dengan serius oleh seluruh peserta pelatihan. Mereka berharap dapat menimba banyak ilmu tentang tata boga dari sang instruktur, tidak hanya teori tapi juga bagaimana langsung mempraktekkannya.
Ketua KMM “Sumber Rejeki” Siti Mukaromah berharap, kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan atau sumber daya kaum perempuan di bidang tata boga untuk selanjutnya bisa dikembangkan menjadi usaha ekonomi produktif. KMM “Sumber Rejeki” menginginkan kaum perempuan di Kecamatan Ngantru ini berdaya secara ekonomi, sehingga mampu menjadi mandiri dan sejahtera.
Dijelaskan Siti, pihaknya sengaja mengundang kaum perempuan dari desa-desa lain di Kecamatan Ngantru, tujuannya tidak lain untuk membangun jaringan. Harapannya, ke depan bisa muncul kelompok-kelompok perempuan secara lebih luas di wilayah Kecamatan Ngantru. “Semakin banyak kelompok terbentuk, maka kaum perempuan akan semakin kuat,”ujarnya.

baca selengkapnya

Senin, 12 Januari 2009

APBD Tulungagung Mengabaikan Kepentingan Buruh Migran


APBD Kabupaten Tulungagung tahun 2009 yang baru disahkan dalam Rapat Paripurna DPRD akhir Desember 2008 lalu dinilai mengabaikan kepentingan buruh migran. Buktinya, tidak ada alokasi anggaran yang spesifik untuk pemberdayaan dan perlindungan buruh migran. Padahal, Tulungagung merupakan salah satu lumbung terbesar buruh migran di Jawa Timur.

Hal itu terlihat pada pos Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), yang selama ini menjadi leading sektor bidang ketenagakerjaan, termasuk buruh migran. Dalam pos Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ini sama sekali tidak muncul nomenklatur anggaran perlindungan dan pemberdayaan buruh migran.
“Ini ironis, karena pada dua tahun anggaran sebelumnya (2007-2008), di Dinsosnakertrans selalu ada anggaran di bidang TKI (Tenaga Kerja Indonesia), meskipun jumlahnya kecil (hanya Rp 50 juta) dan manfaatnya kurang menyentuh secara langsung terhadap buruh migran. Lha sekarang malah tidak ada sama sekali. Ini berarti pemerintah memang tidak sensitif terhadap masalah buruh migran,”ujar Community Organizer Yayasan Paricara Tulungagung, Nunik Khurotul Badi’ah.
Kenyataan tersebut tentu saja membuat Kelompok Masyarakat Mandiri (KMM) Tulungagung di Desa Pojok Kec. Ngantru, Desa Selorejo Kec. Ngunut dan Desa Tugu Kec. Sendang, yang sebagian besar anggotanya merupakan keluarga dan mantan buruh migran, kecewa. Terlebih, usulan pemberdayaan dan perlindungan buruh migran yang sudah diajukan lewat Musrenbang tingkat desa hingga kabupaten oleh ketiga kelompok tersebut tidak satupun yang lolos.
Ketua KMM Sumber Rejeki Desa Pojok, Siti Mukaromah, menyatakan, dalam Musrenbang pihaknya telah mendesak pemerintah agar memperhatikan kepentingan buruh migran. Bahkan, KMM Pojok beserta KMM Selorejo dan Tugu juga telah mengusulkan program sosialisasi cara bermigrasi yang benar dan aman serta pemberdayaan ekonomi bagi mantan buruh migran. Usulan-usulan itu malah sudah masuk pada Musrenbang di tingkat kabupaten. Namun sayang, dalam APBD 2009 usulan tersebut tidak muncul.
Memang, dalam APBD 2009 terdapat 2 program di bidang buruh migran, yaitu Pemberdayaan Program Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang terdapat pada pos Dinas Pendidikan dengan anggaran Rp 15 juta dan Penunjang Kegiatan Operasional Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) untuk kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dan Traficking pos Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) dengan anggaran sebesar Rp 25 juta.
Tapi, anggaran untuk kedua program itu lebih banyak dialokasikan untuk kegiatan operasional, seperti rapat-rapat koordinasi, sekretariat, honorarium dan sebagainya. Tidak menyentuh secara langsung terhadap nasib calon, keluarga dan mantan-mantan buruh migran.
“Sungguh memprihatinkan, Tulungagung yang kaya buruh migran dengan remittance (kiriman uang) rata-rata Rp 300 miliar per tahun, APBD-nya “pelit” untuk mengalokasikan anggarannya bagi program-program perlindungan dan pemberdayaan buruh migran. Hal ini mestinya menjadi koreksi bagi pemerintah,”tandas Nunik.

baca selengkapnya

Minggu, 04 Januari 2009

Rintis Kesejahteraan Ekonomi dengan Budi Daya Ternak Kambing


KEINGINAN Kelompok Masyarakat Mandiri (KMM) Sumber Makmur Desa Tugu Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung untuk membudidayakan ternak kambing akhirnya benar-benar terwujud. Seluruh anggota kelompok yang berjumlah 25 orang kini sudah memelihara kambing ternak masing-masing 1 ekor untuk dikembangkan menjadi usaha ekonomi produktif.
Kambing-kambing ternak itu disupport oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tulungagung tahun 2008 melalui Program Pengadaan Kambing Ternak Dinas Peternakan Tulungagung dan Perencanaan Program Kemitraan Penanggulangan Kemiskinan Bappeda Tulungagung.
Namun, semua itu tidak diperoleh dengan mudah. Kelompok Sumber Makmur terlebih dahulu harus mengajukan usulan dalam bentuk proposal ke Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait seperti Dinas Peternakan dan Bappeda Tulungagung. Kemudian, melakukan lobi-lobi secara intensif baik kepada eksekutif maupun legislatif agar usulan yang diajukan bisa lolos.
“Untuk Dinas Peternakan, usulan kita ajukan bulan pada bulan September 2007 berupa pengadaan bibit kambing ternak sebanyak 25 ekor. Namun, baru terwujud bulan Agustus 2008. Itupun yang turun cuma 9 ekor. Sedangkan untuk usulan ke Bappeda, realisasinya lebih cepat. Bulan Nopember 2008 kami ajukan, pada bulan Desember 2008 ini sudah bisa dicairkan. Bentuknya berupa dana, yang kemudian kita belikan kambing ternak,”papar Ibu Timi, Ketua Kelompok Sumber Makmur.
Menurut dia, alam di Desa Tugu yang subur sangat cocok untuk budi daya kambing, karena makanan ternak seperti rumput mudah didapatkan. Selain itu, pemeliharaan kambing tidak terlalu sulit dan pemasarannya pun relatif gampang.
Ditegaskan Ibu Timi, sudah selayaknya pemerintah daerah (eksekutif dan legislatif) melalui APBD mengalokasikan anggarannya untuk masyarakat. Sebab, dana APBD sesungguhnya merupakan dana masyarakat yang diperoleh lewat pajak, retribusi dan sumber-sumber lainnya. “APBD adalah hak masyarakat. Makanya, wajar jika kami sebagai warga masyarakat, meminta hak kepada pemerintah,”tandasnya.

baca selengkapnya

Sabtu, 03 Januari 2009

Trauma itu Berangsur Hilang


SENYUM lebar tampak menghiasi wajah Ibu Puji Astutik. Perempuan paruh baya asal Desa Selorejo Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung itu kelihatan berbinar-binar saat mengikuti kegiatan rembug rutin yang diadakan Kelompok Masyarakat Mandiri (KKM) Jaya Makmur Desa Selorejo belum lama ini. Seolah tak ada lagi gundah gulana, trauma dan berbagai beban psikologis yang sempat ia rasakan setelah pulang bekerja sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dari Malaysia beberapa bulan lalu.
Ya, Ibu Puji Astutik adalah mantan TKI yang bekerja menjadi pembantu rumah tangga pada pasangan majikan bernama Tomy dan Mikiu Engkieni di Kuala Lumpur Malaysia. Sayang, bukan cerita sukes yang didapat, namun justru kisah malang yang diterima. Mulanya ia diberi obat keras (semacam narkoba) saat sedang sakit. Efek obat itu benar-benar luar biasa. Puji Astutik sampai mengalami hilang ingatan. Ia bahkan tidak ingat dengan namanya sendiri dan dari mana ia berasal.
Lalu, tanpa rasa kasihan, pada suatu hari sang majikan membuangnya di tengah jalan. Ibu Puji Astutik sempat terlantar tak tahu arah dan tujuan. Beruntung dia bertemu sesama TKI asal Medan Sumatera Utara yang berbaik hati dan menolongnya hingga bisa pulang ke kampung halamannya. Akibat kejadian itu, perempuan berputera satu ini mengalami trauma psikologis. Selama berminggu-minggu ia merasa takut keluar rumah, dan bertemu orang lain (apalagi belum dikenalnya).
Kini, setelah sekitar 8 bulan di rumah, trauma dan ketakutan-ketakutan itu berangsur-angsur mulai hilang. Ia kembali bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya dan bergabung lagi dengan Kelompok Jaya Makmur. Dalam kelompok ini, Ibu Puji bahkan termasuk salah satu anggota Kelompok Jaya Makmur yang cukup aktif.
Agar dapur tetap mengepul, dia membuka usaha dengan berdagang rempeyek yang dititipkan kepada pedagang-pedagang ethek (penjual keliling) di Pasar Ngunut, Tulungagung setiap 2 hari sekali. Modal awalnya berasal dari pinjaman Kelompok Jaya Makmur. Hal ini juga disepakati oleh seluruh anggota kelompok dalam rembug bulan Oktober lalu.
“Lumayanlah, keuntungan bersih yang saya peroleh sebesar Rp 9.000. Saya bersyukur dan merasa terbantu dengan ikut Kelompok Jaya Makmur. Mudah-mudahan teman-teman yang lain juga dapat mengembangkan usahanya,”ujar Ibu Puji Astutik.

baca selengkapnya